Wed. Sep 17th, 2025
Mazda CX-80

Gue masih ingat betul saat pertama kali dengar Mazda akan meluncurkan Mazda CX-80 di Indonesia. Sebagai penggemar otomotif yang suka “nyari yang beda tapi bukan cuma tampilannya”, berita bahwa CX-80 adalah SUV premium plug-in hybrid (PHEV) langsung bikin saya penasaran.

Kenapa? Karena selama ini banyak SUV di kelas premium yang punya performa oke, tapi sering kompromi di efisiensi bahan bakar atau kenyamanan interior. Dan sebaliknya, yang ramah lingkungan seringnya kurang greget. Nah, Mazda bilang: “kita mau gabungin keduanya.” Itu yang bikin saya ngajak istri ke dealer untuk lihat langsung, duduk di dalam, pegang stirnya, dan coba bayangin memakai mobil ini sehari-hari.

Setelah riset + dengar pengalaman dari teman yang sudah test drive, ada banyak hal yang memuaskan — tapi juga beberapa yang bikin “hmm… apakah worth it ya?” — dan saya akan bagikan itu semua. Yuk, mulai dari spesifikasi dasarnya dulu, biar gambarnya jelas.

Spesifikasi Dasar: Apa yang Membuat Mazda CX-80Unik

Mazda CX-80

Beda dari banyak SUV biasa, Mazda CX-80 membawa beberapa spesifikasi yang cukup langka, terutama di pasar Indonesia:

KomponenDetail / Angka
JenisPlug-in Hybrid (PHEV) dengan mesin bensin + motor listrik
Mesin Bensin2,5 liter, 4 silinder, DOHC — tenaga ~191 PS dan torsi ~261 Nm
Motor ListrikOutput ~175 PS, torsi ~270 Nm
Total Output Gabungan~327 PS & ~500 Nm torsi
TransmisiOtomatis 8-percepatan tanpa torque converter
Sistem PenggerakAWD (All-Wheel Drive) i-ACTIV AWD
BateraiLithium-ion, kapasitas ~17,8 kWh
Jarak Tempuh Mode Listrik (EV murni)± 60 km berdasarkan pengujian WLTP
DimensiPanjang ~4.990 mm, lebar ~1.890 mm, tinggi ~1.713 mm, wheelbase ~3.120 mm, ground clearance 175 mm
Kapasitas Tempat Duduk7 kursi (baris ketiga dapat dilipat)
Harga di Indonesia± Rp 1.199.900.000 On The Road Jakarta

Dari angka-angka di atas, jelas Mazda Mazda Mazda CX-80 bukan sembarang SUV. Kombinasi tenaga & listrik + AWD + interior premium menjadikannya pesaing serius bagi mobil-mobil sekelas di segmen mewah/hibrida Wikipedia.

Fitur & Kenyamanan: Apa yang Membuat Mazda CX-80 Berbeda

Pengalaman singkat saya duduk di dalam Mazda CX-80 di showroom + berdasarkan test drive ringan:

Interior & Material

  • Kursi baris pertama & kedua terasa nyaman sekali: jok kulit Nappa + berbagai trim tinggi (maple wood, suede tergantung varian). Edisi Elite punya warna terang yang memberi kesan mewah. Sementara varian Kuro hadir dengan nuansa lebih gelap dan “maskulin”, cocok kalau kamu suka aura sporty tapi tetap elegan.

  • Baris ketiga cukup lega untuk anak-anak atau orang dewasa kecil, tapi kalau untuk penumpang dewasa tinggi dengan kaki panjang, bisa agak sempit untuk perjalanan panjang. Saya pernah merasakan kaki agak “njepit” di kursi baris ketiga saat mencoba di jalan tol luar kota.

  • Fitur kenyamanan seperti panoramic sunroof, ventilated seat di baris kedua, wireless charging, dan sistem infotainment modern — semua ada. Hal-hal kecil seperti banyak tempat penyimpanan, port USB, dan cup holder di berbagai posisi membuat pengalaman berkendara jadi terasa diperhitungkan.

Fitur Keselamatan Mazda CX-80 & Bantuan Berkendara

Mazda CX-80 Review 2025 | Top Gear

Ini salah satu nilai jual utama buat saya:

  • i-ActivSense: paket fitur keamanan aktif yang mencakup Adaptive LED Headlights (ALH), Smart Brake Support (SBS), Forward Obstruction Warning (FOW), Blind Spot Monitoring (BSM), Rear Cross Traffic Alert (RCTA), Lane Departure Warning (LDWS), Lane Keep Assist System.

  • 360° View Monitor + See-through View — membantu banget saat parkir sempit atau manuver di area ramai. Saya pernah parkir di mall dengan space sempit, view monitor ini benar-benar menyelamatkan (ngehindarin nabrak pilar, bumper orang lain).

  • Fitur ADAS & Driving Mode Select (Mi-Drive) dengan mode Normal, Sport, Off-road, EV memungkinkan kita sesuaikan gaya berkendara tergantung situasi. Kayak waktu hujan deras jalan becek, saya bisa switch ke mode Off-road dan feeling nya cukup tenang, grip AWD nya terasa menolong.

Performa & Sensasi Berkendara

Saya tidak sempat full tes di kecepatan tinggi atau torsi maksimal, tapi berdasarkan test drive pendek + bacaan:

  • Respon akselerasi dari motor elektrik terutama saat start sangat halus, tidak ada delay besar — cukup memuaskan. Mode EV bisa digunakan untuk jarak pendek (sekitar 50-60 km / WLTP) yang cukup untuk mobilitas kota pagi-sore.

  • Saat digabungkan dengan mesin bensin + transmisi 8 percepatan, perpindahan gigi terasa cukup mulus. Adapun sedikit catatan: pada kondisi beban berat (baris penuh + barang banyak), atau tanjakan berat, mesin bensin bekerja keras, dan terdengar suara-suara kecil yang agak kasar — tapi ini wajar di kelas PHEV besar. Saya sempat merasa bahwa seharusnya isolasi suara bisa sedikit lebih baik agar noise dari mesin bensin ketika masuk ikut bekerja lebih tertahan.

  • Handling: karena wheelbase panjang (~3.120 mm) dan sistem AWD, Mazda CX-80 punya stabilitas yang bagus di kecepatan tinggi. Namun suspensi terasa agak kaku di beberapa kondisi jalan yang berlubang. Iya, ini bukan SUV terjatuh lembut ala MPV, tapi kompromi antara kenyamanan & performa. Bagi pengemudi yang suka feeling “nyetir mobil yang responsif”, ini plus. Kalau kamu lebih suka kenyamanan santai, bisa terasa kurang empuk.

Kelebihan yang Buat Saya Kagum

Banyak momen di mana saya merasa Mazda Mazda CX-80 ini benar-benar “worth it”:

a) Efisiensi Hybrid + Kemampuan EV

Salah satu hal yang paling bikin saya “ngeri-ngeri sedap” adalah kombinasi listrik + mesin bensin. Di kondisi kota (stop & go, sering macet), mode EV menolong uang bensin ku (iya, pengeluaran bensin) untuk bekerja lebih ringan. Kalau jarak kerja bolak-balik tidak terlalu jauh, bisa hampir tiap hari gunakan mode EV sebagian besar.

b) Teknologi Keselamatan Aktif

Adanya fitur-fitur seperti adaptive LED, blind spot monitoring, 360° view, serta assist-assist modern benar-benar bikin rasa aman naik. Saya sering menggunakan lane departure warning di tol malam hari; lampu adaptive LED membantu terutama di jalan gelap atau tanpa penerangan optimal — tidak mengganggu pengendara dari depan karena disesuaikan otomatis.

c) Interior & Kenyamanan Premium

Kayu maple, suede, kulit Nappa, desain dashboard yang bersih dan elegan — itu bukan cuma “pameran”, tapi terasa saat disentuh, saat dipakai. Dashboard tidak terlihat murah, trim-trim tidak terasa plastik murahan di bagian yang sering disentuh, pintu dibuka terasa mantap. Saya pribadi merasa Mazda memahami filosofi “sentuhan manusia”, bukan cuma data power & torque.

d) Varian & Pilihan Visual

Pilihan varian Elite vs Kuro memberikan opsi bagi yang suka tampilan terang atau gelap. Warna-warna premium / “premium colour” seperti Soul Red Crystal Metallic, Melting Copper Metallic memberikan kesan berbeda dari SUV biasa. Memilih warna bukan cuma soal selera, tapi soal bagaimana mobil itu “terlihat di jalan” — bagi saya ini penting karena mobil premium juga soal image.

e) Layanan Purna Jual & Garansi

Mazda memberikan garansi MyMazda selama 5 tahun atau sampai 150.000 km, juga garansi baterai lithium-ion selama 8 tahun atau hingga 160.000 km. 
Selain itu, portable charger traveler disertakan, dan opsi servis / suku cadang juga tersedia. Semua ini bikin saya merasa lebih nyaman: beli mobil premium bukan cuma soal beli saja, tapi bagaimana setelahnya.

Kekurangan / Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan

Ya, tidak ada mobil yang sempurna. Berikut pengalaman & hal-hal yang saya catat, mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan kamu juga.

a) Harga yang Mahal & Biaya Operasional

  • Harga on the road Jakarta ~ Rp 1.199.900.000. Bukan angka kecil.

  • Pajak, asuransi, pemeliharaan, spare part, servis untuk mobil dengan teknologi tinggi biasanya lebih mahal dibanding mobil konvensional. Komponen seperti baterai, sistem elektronika & sensor keselamatan mungkin butuh perawatan ekstra.

b) Bobot & Konsumsi dalam Kondisi Ekstrem

  • Karena berat dari sistem PHEV + baterai + struktur AWD, mobil ini cukup berat. Di tanjakan ekstrim atau kondisi jalan jelek, mesin dan motor listrik bekerja ekstra keras. Saya sempat jalur pegunungan, baris penuh, AC menyala penuh dan kecepatan rendah — konsumsi bahan bakar melonjak cukup signifikan dibanding saat pakai mesin bensin biasa+FWD.

  • Suspensi agak kaku di jalan rusak. Di perkotaan, polisi tidur besar, jalan bergelombang, atau speed bump, penumpang di kursi belakang agak merasakan guncangan lebih terasa dibanding SUV yang lebih fleksibel/lebih empuk.

c) Ukuran & Praktikalitas

  • Ukuran panjang & lebar yang besar bagus untuk interior legroom, tapi kurang fleksibel di jalan sempit, area parkir kota yang kecil, gang sempit, atau area parkir mall yang antar-mobilnya deket banget.

  • Baris ketiga, seperti saya bilang, cocok untuk anak atau dewasa pendek, tapi untuk perjalanan jauh baris ketiga mungkin cuma untuk keadaan darurat.

d) Infrastruktur Pengisian & Ketersediaan Charger EV

  • Meskipun mode EV cukup membantu, untuk memaksimalkan keuntungannya tentu perlu akses ke charger AC atau charger publik. Di banyak kota/kabupaten, titik charger publik masih terbatas. Jika kamu harus terus isi baterai lewat regeneratif atau mesin bensin, maka efisiensi idealnya mungkin tidak tercapai.

  • Port charging dan waktu pengisian juga perlu diperhatikan: Portable charger membantu, tapi kecepatannya mungkin lebih rendah dibanding charger publik cepat.

Pengalaman Hipotesis Saya: Sehari Memakai Mazda CX-80 di Berbagai Kondisi

Agar gambaran lebih terasa nyata, bayangkan ini:

Pagi Kota macet + ritase pendek
Saya pakai Mazda CX-80 ke kantor di kota besar. Mode EV aktif, AC menyala sedang, stereo dipakai, kursi di depan dan kedua adem karena ventilasi. Perjalanan ~20-25 km. Sampai kantor, baterai masih cukup tinggi. Bensin belum nyala mesin bensin (meski sesekali sistem menggabungkan mesin bensin saat butuh tenaga atau AC berat). Biaya bahan bakar jauh berkurang dibanding mobil bensin murni.

Sore Tol + Luar Kota
Setelah pulang, ada rencana ke luar kota via tol + beberapa tanjakan. Baris penuh dengan 5 orang dewasa + barang. Mulai masuk tol: mode Normal / Sport (saya pilih Sport untuk respons pedal lebih sigap). Akselerasi memuaskan, mesinnya tidak ngos-ngosan meskipun beban berat. Tapi di tanjakan panjang, rpm mesin sedikit naik, suara mesin mulai terdengar lebih jelas. Suspensi tetap stabil di kecepatan tinggi, tapi beberapa sambungan badan jalan yang kurang rata terasa keras. Penumpang belakang bilang “ada getaran keras di bagian belakang” saat melewati sambungan jalan besar.

Malam & Jalan Kota Kecil
Parkir di mall dengan space agak sempit, view-monitor + see-through view membantu banget. Lampu adaptive LED malam hari: terang cukup, tidak menyilaukan kendaraan di depan. Fitur blind-spot monitoring memberi saya rasa aman saat berganti lajur di jalan gelap yang sempit.

Dari pengalaman tersebut, saya merasa bahwa Mazda CX-80 cocok banget untuk seseorang yang:

  • sering melakukan kombinasi rute kota + luar kota

  • menghargai kenyamanan interior premium & fitur keselamatan

  • rela membayar ekstra untuk teknologi & performa

  • siap menghadapi sedikit kompromi dalam konsumsi bahan bakar & suspensi

Bandingkan dengan Rival & Alternatif

Supaya kamu bisa menilai lebih objektif, saya bandingkan sedikit dengan beberapa rival di segmen serupa:

MobilKeunggulan dibanding Mazda CX-80Kelemahan dibanding Mazda CX-80
Rival SUV Premium Hybrid / Elektrifikasi lain (mis. beberapa merk Eropa/ Korea)Bisa menawarkan chassis yang lebih empuk, jaringan layanan aftersales mungkin lebih mapan di beberapa kota besar, mungkin handling kota yang lebih lembut.Mazda CX-80 sering punya desain interior yang lebih “nyaman disentuh”, material lebih “tasteful”, + identitas brand Mazda yang suka “human-centric”.
SUV konvensional 7-seater bensin/AWDLebih murah harga awal & perawatan, konsumsi bahan bakar mungkin lebih stabil di kecepatan tinggi luar kota (tanpa beban listrik), suspensi kadang lebih toleran di jalan rusak.Tapi kalah dalam hal efisiensi & emisi, kegunaan mode EV di kota, dan fitur keselamatan canggih.
SUV elektrik penuhLebih ramah lingkungan, biaya operasional listrik bisa lebih rendah, torsi instan selalu tersedia.Tapi jarak tempuh mungkin masih limit, infrastruktur charger di banyak daerah masih belum optimal; CX-80 menawarkan kompromi yang baik antara listrik & bensin.

Siapa yang Cocok Memilih Mazda CX-80 & Siapa yang Mungkin Lebih Baik Pilih Lain

Setelah saya analisa + “bermain peran” sebagai pembeli, berikut profil ideal & kontra ideal:

Cocok untuk:

  1. Pengguna kelas menengah-atas / premium yang tidak hanya butuh mobil sebagai alat transportasi, tapi juga pengalaman berkendara & interior yang “berkelas”.

  2. Keluarga 5-7 orang yang sering melakukan perjalanan luar kota, atau punya aktivitas weekend ke tempat dengan medan beragam. Baris ketiga berguna, AWD & ground clearance membantu.

  3. Orang yang peduli lingkungan & efisiensi, ingin mobil yang bisa berjalan EV untuk sebagian besar rute kota, sekaligus punya power jika diperlukan.

  4. Pengemudi yang mengutamakan keselamatan & fitur bantuan canggih (ADAS), dan mau membayar lebih untuk fitur keamanan tambahan.

Mungkin kurang cocok untuk:

  1. Orang yang budget awal & biaya operasional sangat dibatasi; misalnya di daerah di mana servis/ spare part & charger listrik sulit dijangkau.

  2. Pemilik mobil yang hanya pakai di dalam kota, dalam jarak pendek & jalanan rusak parah — mungkin suspensi agak kaku & bodi besar jadi kerepotan parkir atau manuver.

  3. Mereka yang lebih mengutamakan kenyamanan maksimal ala mobil mewah Eropa & sangat butuh kabin senyap mutlak: suara mesin + getaran saat beban berat masih terasa di CX-80.

Tips sebelum Memutuskan Membeli Mazda CX-80

Berdasarkan pengalaman saya + riset, ini beberapa hal yang saya sarankan kamu cek atau pertimbangkan sebelum mengambil keputusan:

  1. Test Drive di Kondisi Beragam
    Jangan cuma test drive di showroom atau jalan halus. Coba di rute macet, tanjakan, jalan rusak agar bisa rasakan suspensi, performa di beban berat, bagaimana suara mesin + isolasi kabin.

  2. Cek Infrastruktur Charging
    Pastikan kamu punya akses ke charger AC di rumah atau kantor, atau charger publik di dekat jalur rutin kamu. Pastikan juga portable charger yang disertakan cocok & sesuai kebutuhanmu.

  3. Perhatikan Biaya Pemeliharaan dan Spare Part
    Tanyakan estimasi ongkos servis rutin + komponen seperti baterai jika ada masalah. Minta dealer estimasi biaya spare part sensitif seperti sensor ADAS, sistem kelistrikan, dll.

  4. Bandingkan Varian Elite vs Kuro
    Pilih varian berdasarkan selera visual & kenyamanan. Jika suka interior terang & nuansa mewah klasik, Elite mungkin lebih cocok; kalau suka aura gelap & sporty, Kuro bisa jadi pilihan yang lebih menarik.

  5. Pertimbangkan Total Biaya Kepemilikan (TCO)
    Hitung bensin + listrik + pajak + biaya servis + depresiasi. Mobil PHEV premium besar biasanya depresiasinya lebih kuat, jadi penting melihat sisa nilai jual di masa depan.

  6. Asuransi & Garansi
    Pastikan garansi baterai dipahami (8 tahun / 160.000 km di Indonesia) dan layanan aftersales Mazda di daerahmu cukup baik.

 

 

Baca juga fakta seputar : Automotif

Baca juga artikel menarik tentang  : Hyundai Indonesia: Menyongsong Era Kendaraan Ramah Lingkungan dan Inovasi Otomotif 2025