Saya masih ingat betul ketika pertama kali mendengar istilah “riset pasar” — sekitar dua puluh tahun lalu, saat saya baru saja lulus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan ritel kecil di Surabaya. Waktu itu, saya sama sekali tidak paham apa arti riset pasar, apalagi bagaimana penerapannya. Yang saya tahu hanya: menjual produk sebanyak mungkin. Titik.
Namun, semua berubah ketika saya menyadari bahwa jualan itu bukan hanya tentang produk. Bukan pula sekadar tentang promosi atau harga murah. Semua hal itu hanya bisa berhasil jika kita tahu siapa yang kita juali, apa yang mereka butuhkan, dan mengapa mereka mau (atau tidak mau) membeli. Di situlah saya mulai menyadari bahwa riset pasar adalah jantung dari seluruh kegiatan bisnis.
Contents
Saat Menebak Bukan Lagi Solusi

Pada masa awal bekerja, saya sering membuat keputusan berdasarkan perasaan. “Kayaknya produk ini bakal laku,” atau “Kayaknya pelanggan bakal suka.” Tapi, hasilnya sering meleset jauh dari harapan. Barang yang saya kira akan diminati malah menumpuk di gudang Wikipedia.
Suatu hari, bos saya—seorang pria yang sudah berpengalaman di dunia marketing selama 30 tahun—mengatakan sesuatu yang masih saya ingat sampai sekarang:
“Dalam bisnis, tebakan tanpa data itu seperti menembak dalam gelap. Kadang kena, tapi lebih sering meleset.”
Kalimat itu membekas di kepala saya. Sejak saat itu, saya mulai belajar tentang riset pasar. Awalnya dengan membaca artikel sederhana di internet, lalu mengikuti seminar, hingga akhirnya terlibat langsung dalam proyek riset kecil-kecilan.
Dan ternyata, dunia riset pasar itu menakjubkan.
Apa Itu Riset Pasar, Sebenarnya?
Banyak orang mengira riset pasar hanyalah survei—membagikan kuesioner ke sana-sini, lalu menghitung hasilnya. Padahal, itu hanya sebagian kecil dari proses besar.
Riset pasar pada dasarnya adalah usaha sistematis untuk memahami pasar, konsumen, pesaing, dan tren, agar perusahaan bisa membuat keputusan yang tepat.
Secara sederhana, riset pasar menjawab pertanyaan:
Siapa target pasar kita?
Apa yang mereka butuhkan?
Bagaimana mereka membeli produk?
Siapa pesaing utama kita?
Tren apa yang sedang berkembang di industri ini?
Semua pertanyaan itu penting karena bisnis tanpa data ibarat kapal tanpa kompas.
Jenis Riset Pasar yang Saya Pelajari
Dalam perjalanan karier saya, saya mengenal dua jenis riset pasar utama: riset primer dan riset sekunder.
1. Riset Primer
Riset ini dilakukan langsung ke lapangan. Saya pernah melakukannya dengan cara sederhana—mewawancarai pelanggan di toko, mengamati perilaku pembeli, atau mengadakan survei kecil di media sosial.
Ada dua pendekatan dalam riset primer:
Kualitatif, seperti wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). Ini berguna untuk memahami motivasi dan perasaan konsumen.
Kuantitatif, seperti survei dan polling. Ini digunakan untuk mengukur sesuatu secara statistik—misalnya, berapa persen pelanggan yang menyukai kemasan baru.
2. Riset Sekunder
Riset ini menggunakan data yang sudah ada, seperti laporan industri, artikel, jurnal, atau data dari lembaga resmi seperti BPS.
Saya sering memulai dari riset sekunder karena biayanya lebih murah dan cepat. Kadang, cukup dengan membaca data yang sudah tersedia, saya bisa mendapatkan insight besar tanpa perlu keluar uang banyak.
Mengapa Riset Pasar Itu Penting?

Saya sering mengibaratkan riset pasar seperti peta dalam perjalanan bisnis. Tanpanya, kita bisa tersesat.
Berikut beberapa alasan mengapa riset pasar sangat penting, yang saya pelajari dari pengalaman pribadi dan dari banyak kasus perusahaan:
Menemukan kebutuhan pelanggan yang sebenarnya.
Saya pernah terlibat dalam peluncuran produk minuman baru. Awalnya kami yakin rasa mango tropical akan jadi favorit, tapi hasil riset menunjukkan mayoritas pelanggan lebih suka rasa leci. Akhirnya, kami ubah strategi—dan penjualan naik drastis.Mencegah kegagalan produk.
Banyak produk gagal bukan karena kualitasnya buruk, tapi karena tidak sesuai dengan selera pasar. Riset membantu kita menghindari jebakan ini.Mengetahui siapa pesaing kita dan bagaimana mereka bergerak.
Dalam bisnis, musuh terbesar bukanlah pelanggan yang tidak membeli, tapi pesaing yang lebih cepat mengambil peluang.Menentukan strategi pemasaran yang efektif.
Riset pasar membantu kita tahu media apa yang paling banyak digunakan pelanggan, gaya bahasa apa yang mereka sukai, dan kapan waktu terbaik untuk promosi.
Cara Melakukan Riset Pasar yang Efektif
Setelah beberapa tahun belajar dan terjun langsung, saya menemukan pola umum dalam setiap riset pasar yang berhasil. Ada lima langkah utama yang selalu saya gunakan:
1. Tentukan Tujuan Riset
Apakah ingin meluncurkan produk baru, memahami perilaku konsumen, atau menganalisis pesaing? Tujuan yang jelas akan menentukan arah riset.
2. Tentukan Target dan Metode
Apakah kita ingin meneliti pelanggan remaja, ibu rumah tangga, atau profesional muda? Apakah akan dilakukan lewat wawancara, survei online, atau observasi?
3. Kumpulkan Data
Ini tahap paling menantang, terutama jika melibatkan banyak responden. Saya biasa menggunakan Google Form untuk survei online, atau bahkan berbincang langsung dengan pelanggan saat di toko.
4. Analisis Data
Tahap ini yang sering diabaikan. Banyak data dikumpulkan, tapi tidak diolah dengan benar. Saya menggunakan Excel sederhana untuk membuat grafik dan melihat pola. Kadang insight besar muncul dari hal yang tampak kecil—seperti warna kemasan yang paling sering dipilih.
5. Gunakan Hasilnya untuk Pengambilan Keputusan
Inilah tujuan utama riset: membantu kita bertindak lebih cerdas. Riset tanpa aksi hanya akan menjadi tumpukan laporan di meja kerja.
Riset Pasar di Era Digital
Dulu, riset pasar dilakukan dengan cara manual—kuesioner di jalanan, wawancara tatap muka, atau observasi di toko. Tapi sekarang, dunia sudah berubah.
Kita bisa melakukan riset pasar hanya dengan duduk di depan laptop. Media sosial, Google Trends, dan platform e-commerce seperti Tokopedia atau Shopee memberikan data yang luar biasa banyak.
Beberapa alat yang sering saya gunakan:
Google Trends, untuk melihat topik atau produk yang sedang naik daun.
Facebook Audience Insights, untuk memahami demografi pengguna.
SurveyMonkey atau Google Form, untuk membuat survei online.
SEMrush dan Ahrefs, untuk melihat tren pencarian dan kompetisi di dunia digital.
Dengan alat-alat itu, kita bisa memahami pasar dalam hitungan jam—sesuatu yang dulu mungkin butuh berminggu-minggu.
Kesalahan Umum dalam Riset Pasar
Saya juga pernah gagal. Beberapa kali. Dan dari kegagalan itu, saya belajar bahwa kesalahan dalam riset pasar bisa sangat fatal.
Beberapa kesalahan yang sering terjadi:
Tidak menentukan tujuan dengan jelas.
Riset jadi melebar ke mana-mana tanpa arah.Sampel terlalu kecil atau tidak mewakili.
Waktu saya meneliti preferensi minuman, saya hanya bertanya ke 30 orang teman. Tentu hasilnya bias, karena semuanya punya selera mirip saya.Tidak menganalisis data secara objektif.
Kadang kita hanya mencari data yang mendukung ide kita sendiri, padahal riset harus netral.Tidak memperbarui data.
Pasar berubah cepat. Data tahun lalu belum tentu relevan hari ini.
Baca fakta seputar : Business
Baca juga artikel menarik tentang : Clothing Line: Panduan Lengkap Memulai Bisnis Fashion yang Menguntungkan

